Minggu, 28 Oktober 2018

MASK DANCE PERFORMANCE AT ULLEN SENTALU MUSEUM






Agak kaku nih sudah beberapa bulan tidak menulis. Sebenarnya menulis si tapi di instagram story, itu termasuk tulisan nggak ya heemmm. Berhubung sudah agak kaku tangannya dan pikirannya, tulisan kali ini sederhana saja ya (emang pernah serius 😏😏). Sebenarnya kemarin-kemarin pengen nulis tapi nggak ada tema dan yang mau ditulis plus nggak ada waktu (ceilahhh, sok sibuk banget si...) Di tulisan ini aku mau menceritakan pengalaman kemarin nonton pertunjukan tari topeng di Museum Ullen Sentalu.


Sekitar seminggu lalu Ullen Sentalu Museum posted that will be International Mask Festival. Jelas banget dong aku tertarik untuk datang, apalagi gratis. Ini adalah salah satu yang membuatku sangat menyukai museum Ullen Sentalu, museum ini sering sekali mengadakan pertunjukan seni, GRATIS, kamu cukup register saja sebelum hari H. Selain pertunjukan seni yang gretong itu museum ini juga sangat berbeda dengan museum-museum pada umumnya yang pernah ku kunjungi. Jika kamu datang ke museum ini akan dipandu oleh seorang guide, guide ini akan menceritakan seluruh kisah benda-benda yang ada di dalam museum itu dari ujung pintu masuk sampai di pintu keluar. And kamu nggak boleh ambil satu foto pun di dalam museum,  mungkin tujuannya supaya kita konsentrasi kepada ceritanya bukan "hanya" mengumpulkan foto-foto yang akan di posting di sosmed untuk pamer kali ya. Tapi jangan khawatir di museum ini di sediakan spot foto kok buat kamu yang pengen banget berfoto-foto ria. Itulah sekilas tentang museum Ullen Sentalu ya, aku bukan sales nya Ullen Sentalu tapi aku berani billang bahwa museum ini recomended banget untuk kamu kunjungi jika sedang ke Jogja.

Beberapa hari sebelum hari H aku di register oleh Kak Ing (kami satu visi kalau nonton hal-hal beginian, sebenarnya Kak Ing lebih parah si. FYI one thing about her, dia mau/berani nonton sendiri untuk hal-hal seperti ini sendiri walaupun di tempat yang suangatt jauh. She love art so much) dan kami berangkat bertiga dengan kak Siska (salah seorang kakak yang juga suka nonton performance sejenis ini, She is a museum lover). Seperempat perjalanan menuju Kaliurang kami berhenti di salah satu warung nasi padang kesukaan kak Siska karena ingin beli otak (she loves otak di warung nasi padang yang itu) dan tiba-tiba ada seorang nenek yang ingin menumpang dengan kami. Singkat cerita kami izinkan nenek itu menumpang dan kami mengantar dia sampai rumahnya karena searah juga dengan museum. Oh ya, ada hal yang menarik ketika kami mengatar nenek ini. Si nenek tidak terlalu lancar bahasa Indonesia sedangkan kami tidak bisa berbahasa Jawa halus jadilah kami pakai bahasa isyarat.akan lebih mudah bertemu dengan nenek-nenek yang bisa bahasa Karo, ya ialah secara ane orang Karo.

Tibalah kami di museum. Acara ini di buka dengan seminar tentang topeng oleh Dr.Sumaryono M.A, karena kami datang terlambat hanya dapat sedikit tentang seminar ini. Salah satu yang nyantol banget adalah "topeng itu digunakan untuk menyamarkan, make up yang berlebihan juga temasuk topeng" nah lo yang suka pakai make-up tebal kamu sudah pakai topeng, tapi kalau nyaman pakai make up tebal gpp lah ya, yang penting hati dan perbuatan tidak pakai topeng. Setelah seminar ini masuklah ke pertunjukan tari topeng dari beberapa negara. Nah, aku mau kasih tau kamu beberapa tarian itu, kemarin aku sempat video tapi amatiran banget dan kameranya juga goyang-goyang di tambah aku kurang berniat untuk edit videonya hahahaha. Jadi video-video ini no editing sama sekali, so kamu kudu sabar ya kalo take video nya jelek. Yang penting bisa menginformasikan sajalah ya.

OKAY!! HERE WE GO

Yang pertama adalah tari polka dari polandia
Setelah mencari sedikit pencarian melalui om goolge, originalnya tari polka ini berasal dari Ceko dan genre music untuk dance ini sangat familiar di daerah Eropa dan America. Polka ini juga sangat berkaitan dengan genre music folk. Tarian ini biasanya di pertujukkan untuk memasuki musim liburan di Polandia. Nah kemarin penarinya juga langsung dari Polandia.




Yang kedua
Tari Kipas (Traditional Fan Dance from Vietman)
I don't have an idea about this dance. Informasi dari MC kemarin tidak begitu terdengar olehku, aku mencoba cari di google tentang tari ini belum ketemu.



Yang ketiga adalah tari dari spanyol
Videonya cukup panjang dan ternyata kebesaran, so sorry tidak bisa upload. Kamu bisa kepoin penarinya langsung di instagram  @lauritadasss. Sedikit cerita dari mc tarian yang dibawakan ini adalah untuk menunjukkan ekspresi, tarian ini juga diakui oleh UNESCO tahun 2010. Laura Pena ini  menari dengan penuh passion banget dengan pakai penutup mata. 



Yang ke empat adalah dari Thailand
Tarian ini sangat epic, tari tradisional ini menggambarkan seekor wujud burung dan juga manusia. Tarian ini sangat erat kaitannya dengan agama Budha, konon katanya perwujudan sebagai burung itu adalah burung surga.

Nah ini aku sempat minta foto dengan penarinya, bentuk topeng yang dia pakai seperti ini. Menurut seminar yang disampaikan sebelumnya seorang penari harus bisa mengespresikan tariannya berdasarkan rupa topeng yang dibawakan. Penari yang ini juga humble banget. Jadi pas aku minta foto ini, managernya membisikkan ke dia tapi aku dengar. Managernya bilang "you have an hour to leave to malang" it means dia harus segera bergegas ganti kostum dll tapi sekitar setengah jam-an aku masih melihat dia berfoto dengan beberapa pengunjung yang minta foto



The last from Philipine
Tarian yang ini kemarin spektakuler banget. Penarinya sangat kece membawakan tarian dan sungguh sangat bersemangat. Tari yang dibawakan oleh Joseph ini selalu di tampilkan pada acara tahunan di Filipina yang bernama Masskara Festival di daerah Bacolot. Sanyang banget ini videonya juga kebesaran.

Jadi setelah selesai acara ini aku minta foto dengan mas Joseph nya (eaaa mas), mas nya ini masih terengah-engah banget. Lelah banget dia, totalitas banget si narinya hahaha. Tapi dia dengan sangat senang hati melayani semua orang-orang yang foto. Btw pask kita lihat dia udah ganti kostum dan sudah buka topengnya ya, cakep loh hahaha (jadi salfok deh)





Nah, itu lah beberapa tarian yang bisa ku sharingkan, aku sadar info-info yang kutulis ini sebenarnya masih jauh banget untuk mendeskripsikan tentang tari ini. Aku mencoba untuk searching beberapa mengenai tari-tarian ini  untuk menambah informasi tapi aku tidak medapatkannya secara utuh, mungkin karena semua tari-tarian ini adalah tari tradisional yang mungkin belum di publish secara banyak.


Oh ya di ahir acara ini kita ber flashmob bareng-bareng semuanya. Kita nari lagu Gemu Fa Mi Re - Maumere yang dipandu oleh Joseph (Dancer dari Pilipina) dan Laura Pane (Dancer Spanyol). Satu hal yang mengaggumkan mereka hafal gerakan maumare. Pertanyaan refleski buat kita semua adalah sejauh mana kita mengenal budaya kita?


Sampai jumpa di cerita selanjutnya

Senin, 02 April 2018

sharing buku "GOSPEL IN LIFE"

Pada tulisan ini aku mau sharing salah satu bab dari buku yang aku baca yaitu gospel in life di tulis oleh Timothy Keller. Bab ini dimulai dari kisah penciptaan, kejatuhan manusia dalam dosa dan pekerjaan kita. Satu hal yang kusadari ketika membaca dan belajar dari buku ini adalah mengenai penciptaan, tahukah kamu bahwa Allah sangat bersukacita ketika Dia selesai dalam proses penciptaan-Nya? Hal ini terbukti dari pernyataan-Nya setiap kali selesai dalam pencitpaan yaitu “… Allah melihat bahwa semuanya itu baik” jadi kita harus menyadari bahwa kita adalah ciptaan yang sangat amat berharga bagi Allah, ingat Dia menciptakan kita dengan sukacita. Dari proses penciptaan ini kita bisa melihat teladan Allah dalam bekerja, Dia bekerja dengan bersukacita.

Allah bekerja dalam penciptaan dan Allah memerintahkan manusia untuk bekerja (mengusahakan, menaklukkan, memberikan nama binatang dan mengusahakan taman). Adam meneladani Allah bekerja. Banyak orang yang berpikir manusia bekerja karena telah jatuh dalam dosa, itu adalah pernyataan yang salah, panggilan manusia untuk bekerja itu telah dirancang oleh Allah jauh sebelum manusia jatuh dalam dosa (baca Kej 1:26,28).

Sejak awal penciptaan kita bisa melihat ada irama – waktu untuk bekerja dan ada waktu untuk istirahat. Mari kita lihat di Kej 2:2 Allah ber-inisiatif memberikan teladan untuk istirahat. Allah berhenti di hari ketujuh bukan karena Dia lelah, tapi ingin menunjukkan kepada manusia bahwa butuh waktu untuk istirahat setelah bekerja. Berhentinya Allah bekerja pada hari ketujuh memberikan struktur waktu bagi manusia. Allah telah merancang kita untuk membutuhkan waktu istirahat, jangan abaikan itu karena dengan mengabaikannya kita mengurangi ke-efektifan kita dalam berkarya kedepannya. Jadi sangatlah penting menyadari pemahaman mengenai istirahat. Menurutku istirahat disini bukan hanya fisik tapi juga rohani kita, sangat penting untuk menyedian waktu “Sabbath” menikmati kasih Allah, berkomunikasi dengan Allah mengisi diri kembali dengan membaca buku-buku rohani misalnya tanpa ada ganguan lain (misal pekerjaan, kuliah, dll nya).

Sekali lagi aku mau kita ingat kembali bahwa kita dipanggil untuk bekerja, Allah telah memberikan kita teladan untuk bekerja dengan sukacita dan teladan untuk beristirahat.

Sejak kejatuhan manusia dalam dosa, manusia berbalik dari Tuhan dan berusaha untuk menjadi tuhan di dalam hidupnya. Hal itu membuat manusia ingin mengatur, memberi printah, melayani keinginan diri sendiri dll nya sehingga terjadilah kekacauan. Salah satu akibat dari kejatuhan manusia ini adalah bahwa semua orang memandang dunia dengan pandangan yang berbeda-beda dalam hal ini mengacu pada world wiev seseorang. Saat kita berusaha hidup, bekerja dan terlibat dalam budaya, kita menemukan diri kita dihadapkan dengan banyak cara memandang dunia, banyak sistem kepercayaan dan banyak agama, sehingga bisa saja kita menganut keyakinan Kristen tapi di tempat kerja atau di kehidupan pribadi kita melakukan sesuai pandangan dunia misalanya individualisme atau matrealisme.

Sebenarnya tidak semua world view itu salah namun bukan berarti sepenuhnya benar. Celakanya adalah kita tidak mungkin tidak berpartisipasi dalam world wiew yang setengah benar itu karena kita masih ada di dalam dunia ini, kita terikat pada satu budaya dan banyak pemahaman. Bersyukurnya adalah injil dapat mengubah cara pandang kita dalam melihat segala sesuatu. Kita harus melihat segala sesuatu termasuk pekerjaan kita dari sudut pandang injil. Semua “pandangan di dunia ini” berpusat pada diri sendiri, usaha sendiri untuk memenuhi segala keinginan sehingga jika keinginan itu tidak terpenuhi maka akan ada kekecewaan baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Namun injil yang berpusat pada Kristus akan selalu membawa pengharapan dan di dalam pengharapan harusnya tidak akan ada kekecewaan.

Kesimpulan pribadi yang aku dapatkan adalah :
Kita manusia dipanggil untuk bekerja bukan karena kita berdosa tapi karena Allah ingin kita meneladani Dia dalam hal bekerja maupun beristirahat. Karena kejatuhan manusia dalam dosa, pandangan kita akan dunia ini menjadi berbeda-beda dan semua pandangan dunia menyeret kita bekerja dengan sangat keras untuk memenuhi segala keinginan (fisik maupun rohani) sehingga ketika keiinginan itu tidak terpenuhi akan muncul kekecewaan, disinilah injil memenuhinya. Injil yang berpusat pada Kristus melahirkan pengharapan di dalam pengharapan tidak akan ada kekecewaan. Dan satu hal lagi yang harus kita sadari bahwa pekerjaan kita adalah ikut serta dalam misi Allah (amanat agung Mat 28:19-20) sehingga dalam bekerja kita harusnya memandang dengan Injil.

Sebagai penutup tulisan ini, aku ingin kita mengingat ayat ini
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hambaNya . (Kol 3:23-24)

Selamat bermisi di dunia profesi kita masing-masing.

Senin, 26 Februari 2018

KELAS INSPIRASI KLATEN-3



PERJALANAN AWAL DARI SEBUAH KISAH

Seperti tahun-tahun sebelumnya, memasuki tahun 2018 ini kumulai dengan menuliskan resolusi-resolusi yang ingin dilakukan di tahun 2018. Di tahun 2018 ini aku berharap bisa berbagi dan berkarya lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Dari sekian banyak resolusi yang sudah dituliskan salah satunya adalah menjadi relawan pengajar/relawan inspirator Kelas Inspirasi di kota manapun itu. Sebelumnya aku sudah pernah menjadi relawan penitia di Kelas Inspirasi Yogyakarta dari sanalah tumbuh bibit ataupun kerinduan untuk boleh bersentuhan langsung dengan anak-anaknya.

Akhir tahun 2017 aku melihat di salah satu media sosial Kelas Inspirasi Klaten sedang mengadakan open recruitment relawan pengajar, dari awal pendaftaran aku sudah ingin mendaftar tapi sampai batas waktu yang ditentukan aku lupa mengisi form, but Thank God ternyata batas waktu untuk pendaftaran di perpanjang dan tanpa menunda-nunda lagi aku langsung daftar deh. Berselang waktu sekitar 2 minggu (kalau tidak salah hehehe) aku dapat email dari Kelas Inspirasi Klaten, aku lolos menjadi salah satu relawan pengajar. Yeayyy, Aku senang!! But after that aku mesti mikir bagimana caranya dapat izin kerja karena acara kelas inspirasi ini diadakan di hari senin. Seperti slogan Kelas Inspirasi di seluruh Indonesia yaitu “cuti sehari, mengispirasi selamanya”. Oh ya, buat kamu yang belum tahu apa itu  Kelas Inspirasi, Kelas Inspirasi adalah sebuah gerakan yang tujuannya memperkenalkan berbagai macam profesi kepada anak-anak SD biasanya di daerah pedalaman ataupun di daerah pinggiran kota, berharap dengan adanya gerakan ini membuat cita-cita anak menjadi lebih kaya.
Minggu tanggal empat Februari 2018 aku berangkat ke Klaten sendiri, sebenarnya melewati Klaten sering banget si misalnya ke Solo ataupun ke Surabaya nah itu pasti melewati Klaten tapi yang benar-benar tujuannya ke Klaten itu baru kali ini. And just for your information walaupun aku sudah hampir 5 tahun di Jogja aku belum pernah naik kreta pramex (Jogja-Solo) so this is my first time.
(Tiket kereta Lempuyangan - Klaten)

Sekitar jam 10.55 aku berangkat dari Stasiun Lempuyangan, tiba di stasiun Klaten jam 11.22. Setibanya disana aku langsung buka aplikasi gojek dan sedikit kaget ternyata lokasi yang aku tuju untuk briefing lumayan jauh dari stasiun sekita 14 km-an dan tidak lamakemudian seorang driver pick up orderanku. Seperti stasiun-stasiun lain ojek online tidak diperbolehkan mangkal langsung di depan stasiun jadi aku harus jalan beberapa ratus meter untuk bertemu dengan bapak drivernya. Oh ya bapak drivernya baik banget, beliau mengarahkanku ke tempatnya berada saat itu. secara aku belum pernah turun di stasiun Klaten ya, jadi kamu bisa bayangkan aku mendadak buta arah dan if you know orang Jawa itu suka sekali menggunakan mata angin (utara, selatan, barat, timur) saat memberi petujuk arah, belum lagi jika mereka menggunakan bahasa jawa (ngalor- ngidul, wetan) yang aku sama sekali belum memahami sampai sekarang patokan utara mereka itu dimana. Tapi bapak driver ini menuntunku dengan bahasa yang ku mengerti. (Driver : ”mbak nanti belok kiri, lurus terus sampai mentok, lalu belok kiri sedikit ketemu rel kereta api, lurus terus sampai pom bensin lalu belok kanan, ketemu indomaret nah saya disitu mb.”  Infromasi yang sangat jelas!) Bertemu dengan bapak gojek, berangkat menuju lokasi brifieng. Sepanjang perjalanan aku dan bapak gojek saling bertukar cerita, terkadang kami diam dalam lamunan kami masing-masing. Finally aku sampai di lokasi briefing yaitu di kec.Tulung, sesampainya acara briefing aku bertemu dengan orang yang sangat ku kenal yaitu Mbak Nuri dan Memi, mereka ini adalah sodaraku di kepanitiaan Kelas Inspirasi Yogyakarta sebelumnya. Kami tidak saling janjian, ternyata memi diminta mengisi salah satu di sesi itu.
 (Ketemu Mba Rury dan Memi, team di Kelas Inspirasi Yogyakarta 2017)

Setelah briefing, kelompokku langsung survey ke sekolah yang akan kami datangi kesokan harinya, emmmm sebenarnya aku malu megakui ini tapi harus kuakui bahwa aku terlambat datang ke acara briefing itu bahkan sesampainya disana acara sudah selesai sodara-sodara, memalukan kan please jangan dicontoh untuk hal yang ini. Kami hanya sebentar melihat sekolah itu lalu makan siang bersama. Di sinilah aku kenalan secara resmi dengan teman-teman kelompokku ada Mas Agung, Kak Andre, Alfi, Aryo dan Niken. Sebenarnya kami ada ber-14 orang dalam kelompok ini. Relawan fasilitator ada 3 orang, Relawan dokumentator ada 3 orang, relawan pengajar 8 orang, tapi beberapa dari mereka datang menyusul.
Berhubung jarak Jogja-Klaten itu tidak dekat maka aku memutuskan untuk ikut nginap di rumah salah satu fasilitatorku, bukan hanya aku saja yang menginap malam itu tapi banyak teman-teman yang lain juga ikut menginap disana. kami dijamu dengan baik sekali oleh keluarga alfi. Sekali lagi dalam tulisan ini kuucapkan terimakasih untuk seluruh kelaurga Alfi, ter-untuk mamanya Alfi “pisang gorengnya enak tante J” . Terus terang malam itu adalah malam yang membuat kami menjadi lebih cair, lebih mengalir, menjadi lebih dekat, saling mengenal lebih jauh dan ada hal yang sulit kugambarkan dengan kata-kata bahwa ada satu ikatan yang aneh dimana kami belum pernah bertemu sebelumnya tapi malam itu begitu hangat seperti sahabat atau keluarga sedang reunian emmm buat kamu yang  sering menjadi relawan kamu pasti paham yang kumaksud. Ya, seperti keluarga, saudara.

(Menggunting mahkota  cita-cita bersama)

 Ada satu cerita lucu malam itu, jadi relawan videographer kami yang bernama mas Wahyudin baru tiba di lokasi menginap sekitar jam 19.30, dia naik motor dari Maggelang, coba kamu bayangkan perjalanan yang dia tempuh sekitar 3 jam, jadi pasti lelah. Saat itu dia mendapati kami sedang ngobrol-ngobrol tak lama kemudian dia juga nimbrung cerita, tiba-tiba Aryo menanyakan ke mas Wahyudin “btw udah makan malam kan mas?” mas Wahyudin menjawab dengan serius “belum…dari pagi” tanpa komando semua jadi hening tiba-tiba merasa iba atau apalah dan beberapa detik kemudian ada tawa yang pecah. Tuan rumah pun mempersilahkan dia makan, tanpa malu-malu mas Wahyudin langsung ke dapur ambil makanan. Selain ngobrol, bercanda dll nya kami juga latihan ice breaking untuk di peragakan oleh anak-anak di sekolah sebagai opening (sebanarnya aku ada videonya nih tapi kehapus di HP)

PENGALAMAN MEMPERKENALKAN PROFESI KE ANAK SD
Keesokan harinya sekitar jam 05.00 pagi kami sudah mengantri mandi karena harus tiba di sekolah jam 07.00 pagi untuk mengikuti upacara. Sayang sekali setibanya disekolah hujan sehingga anak-anak tidak upacara, namun hal itu tidak menurunkan semangat kami terlebih lagi melihat anak-anak yang sudah mulai berdatangan satu persatu, ada yang jalan kaki menggunakan payung, ada yang berlari-lari sampil menaruh tas di kepala, ada yang diantar orangtuanya. Pemandangan itu indah, menyejukkan hati.
(Orangtua mengantar anaknya ke sekolah)

 Oh ia, ada hal unik yang mereka lakukan setibanya di sekolah, yaitu bersih-bersih ada yang membuang sampah, ada yang menyapu, ada yang menghapus papan tulis dll nya. Hal ini mengingatkanku semasa aku SD dulu, kami ada piket untuk bersih-bersih kelas, aku tidak tau apakah sekolah di kota masih melakukan ritual ini.
 (anak-anak melakukan bersih-bersih ruang kelas)

Sekolah yang kami kunjungi adalah SD Negri Kiringan 02 Kec.Tulung, Klaten. Jumlah siswa keseluruhan 45 orang (perempuan : 24 orang dan laki-laki 21 orang). Jumlah siswa per-kelas
Kelas I : 10 orang
Kelas II : 2 orang
Kelas III : 7 orang
Kelas IV :  6 orang
Kelas V : 7 orang
Kelas VI : 8 orang
Acara Kelas Inspirasi di SDN kiringan 02 ini kami mulai dengan serangkaian kegiatan di opening yaitu kata sambutan dari ketua kelompok kami sekaligus minta izin memperkenalkan profesi kami ke anak-anak, kata sambutan dari pihak sekolah dan ice breaking, setelah itu baru kami masing-masing masuk ke kelas memperkenalkan profesi kami.

(ice breaking di opening)

Saya mendapat jatah masuk di kelas I&II di gabung, kelas III, kelas IV dan Kelas V. Jadwal pertama saya adalah di kelas I. Begitu masuk di kelas I&II (digabung) saya menjadi blank, saya bingung metode apa yang harus saya gunakan untuk memperkenalkan profesi saya kepada mereka, tiba-tiba muncul dalam pikiran saya bagaimana jika mereka tidak mengerti dengan materi yang saya bawakan. Bukannya saya tidak persiapan, 2 hari sebelum mengajar ini saya sudah menyiapkan metode yang akan saya gunakan bahkan saya sudah print beberapa gambar tentang pekerjaan saya untuk memudahkan pemahaman mereka. Tapi saat itu saya menjadi blank, ini lebih parah dari skripsi.  Sekarang coba kamu bayangkan saya ini bekerja sebagai asisten project manager di bidang design interior dan furniture yang pekerjaan sehari-harinya adalah memange/memfollow up project-project. But once again God help me, tiba-tiba ada ide untuk mendongeng, saya mengajak mereka semua untuk maju kedepan kami duduk lesehan membentuk lingkaran, lalu saya mulai bercerita tentang ada seorang kaya yang ingin membangun hotel dan dia memerlukan seseorang yang bisa mengatur segala perabotan yang akan ditaruh di hotel seperti tempat tidur, meja, kursi, lampu dll nya,. Seseorang itu adalah saya, profesi saya mengatur kebutuhan prabot yang ada di hotel. Terakhir sekali saya bercerita adalah ketika SMA kelas I waktu itu saya guru sekolah minggu di gereja, jadi coba bayangkan apa yang terjadi selanjutnya hahaha, failed menurut saya. Tapi ada kebahagiaan tersendiri ketika mereka sangat excited melihat gambar-gambar yang saya tunjukkan. Setelah selesai mendongeng saya meminta mereka menuliskan cita-cita mereka di mahkota. Diantara anak-anak itu ada yang belum bisa menulis jadi saya memmbantu dia menuliskan cita-citanya. Dan sebagai penutup saya mengajak mereka melakukan tepuk hebat.


(mencritakan profesi kepada anak kls I)


(bersama anak kls I, menuliskan cita-cita di mahkota cita-cita)


(foto bersama setelah menuliskan cita-cita)


 Dari kelas I&II, saya lanjutkan ke kelas III, IV dan V untuk ke-3 kelas ini metode yang saya bagikan sama yaitu story telling by gambar. Karena jumlah murid di masing-masing kelas ini sedikit saya mengajak mereka untuk duduk membentuk lingkaran sehingga diantara kami boleh saling melihat. Sebelum aku bercerita mengenai profesiku, aku mengajak mereka untuk bernyanyi agar lebih segar dan semangat dan di closing semua kelas aku tutup dengan tepuk hebat, aku berharap dengan tepuk hebat ini mereka menyadari betapa hebatnya diri mereka. Buat kamu yang belum tau tepuk hebat itu bagaimana? Ini dia saya kasih tau liriknya
Tepuk hebat (prok..prokk)
Aku hebat ( prok..prokk)
Kamu hebat (prok..prok)
Semua hebat (prok..prok)
Heee....battttt (mengakat kedua tangan keatas).
Oh ya selain bercerita tentang profesiku ada nilai-nilai yang selalu kusampaikan di setiap kelas ini yaitu pentingnya kejujuran, rajin belajar, mandiri dan saling menolong.


(Bersama anak KLS III)

(bersama anak KLS V)

Ada begitu banyak emosi yang aku rasakan melihat anak-anak ini, ada rasa haru, bahagia, bangga, senang melihat mereka yang sudah punya cita-cita spesifik, tawa, lucu melihat kepolosan mereka apalagi ketika aku menayakan cita-citanya mereka. Ada yang ingin menjadi juragan buah-buahan komplit karena ayahnya juragan buah di pasar, ada yang ingin jadi pedagang sayur, pembajak sawah, TKW, Peternak, penyanyi, penjahit, pemadam kebakaran, polisi, guru dan sebagainya. Tidak salah kok jika ingin menjadi juragan buah, pedagang sayur ataupun pembajak sawah aku yakin mereka akan menjadi juragan sayur,pebajak, juragan buah yang berbeda ketika mereka bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Harapanku adalah mereka tetap memiliki semangat untuk bersekolah, semangat untuk rajin belajar dan tidak melupakan cita-cita mereka sekalipun kelak mungkin ada banyak rintangan di hadapan mereka.


(Nama : Riski, Cita-cita : Pembajak Sawah)

(Nama : Ragil, Cita-cita : peternak ayam)

Sebagai closing dari tulisan ini aku ingin mengucap syukur kepada Tuhan untuk setiap kesempatan yang Tuhan berikan dimana aku bisa belajar banyak tentang kehidupan diluar sana dan hal ini membuat mataku semakin terbuka untuk mengasihi sesama lebih dan lebih lagi.  SALAM INSPIRASI

(setelah fingerpaint, simbol dari cita-cita mereka)


 
SDN Kiringan 02, bersama seluruh murid, para relawan dan guru-guru


 For Your Information:
1. Semua foto-foto dalam tulisan ini diambil oleh relawan photographer (Aryo dan Westhi)
2. Buat kamu yang ingin lihat video lengkap dari kisah kami dapat mengunjungi 

Sabtu, 06 Mei 2017

BELAJAR BUAT DONGENG


Hari itu di kantor lagi mati lampu, iseng-iseng nulis dongeng di note.
for the first time, aku nulis sesuatu yang memakai imajinasi.
semoga tidak terlalu buruk ya, masih belajar menulis yang berbau imajinasi hehehe.

Zozo  and Popo

Di sebuah hutan lebat yang gelap,
hiduplah beberapa kelompok hewan
dan yang paling kecil diataranya adalah tikus. Dan yang paling muda diantara tikus-tikus itu bernama Popo.

Popo adalah  tikus yang sangat sombong.
Ia sering mengejek Zozo. Zozo adalah seokor kura-kura yang bertetangga dengannya.
Zozo adalah kura-kura yang lamban dalam hal apapun, terutama dalam berjalan.

Saat itu hari menjelang sore
Popo dan Zozo bermain bersama, mereka jalan-jalan disekitar hutan.
Zozo begitu lambat berjalan, sehingga popo pun menjadi kesal dengannya.

“Zozo cepatlah sedikit! Mengapa kau begitu lambat, aku lelah berjalan bersamamu.”
Sambil terengha-engah Zozo mengikuti popo.
“Aku sudah lelah, bolehkah kita istirahat sebentar?”
“TIDAK! Kamu ahrus berlari mengikutiku.”
“Kakiku begitu lincah berjalan, sedangkan kakimu itu sangat lambat,  bahkan ketika aku berjalan pun tidak sebanding dengan caramu berlari.”
Begitulah Popo mengejek temannya Zozo.

“Oh ya selain bisa berlari cepat aku juga bisa memanjat pepohonan
 dan melihat keindahan dari atas,
tahukah kau betapa indahnya jika melihat pemandangan dari atas pohon tinggi itu?” tukasnya kembali.
“sedangkan kamu hanya bisa melihat rerumputan yang ada di bawah sana, HA…HA…HA…” Tawa Popo penuh dengan cela.
Zozo hanya diam dan berusaha mengikuti langkah kaki Popo.

Dengan penuh semangat Popo berlari kesana kemari
Memperlihatkan kesombongannya kepada Zozo.
Ia tidak menyadari ada lobang besar di depannya, dan dia pun  terjatuh.

“Zozo… tolong, tolong, tolong akuu…”
“Aku takut Zozo, tolonglah akuu” teriak Popo.
Dengan jalannya yang begitu lambat Zozo menghampirinya
“Bagaimana bisa kamu jatuh Popo?” tanyanya
“Aku tidak melihat lubang itu ketika aku berlari-lari” tangisnya
Zozo turun perlahan-lahan kedalam lubang itu, dan berusaha untuk menolong Popo.
“Naiklah ke punggungku, aku akan membawamu naik” kata Popo

Lalu Popo pun naik ke punggung Zozo
Dengan langkah kakinya yang begitu pelan, ia menaiki lubang itu
Setibanya diata Popo pun minta maaf kepada Zozo.
“karena kesobonganku sendiri, aku terjatuh,
maafkan aku popo, karena aku sering sekali mengejekmu.”
Zozo memafkannya, karena sebagai ciptaan Tuhan, harus saling memaafkan
Merekapun berpelukan, dan pulang bersama-sama.

Pelajaran yang bisa diambil :
Jangan sombong, karena orang sombong akan jatuh dan saling memafkan.




Senin, 17 April 2017


TAMONG “menikmati sebuah proses” (Part 2)
Dengan memutuskan berangkat ke Tamong dengan tim laiinya bukan brarti tanpa persiapan, ada beberapa hal penting harus kami persiapkan sebelum berangkat ibarat orang yang akan berangkat berperang perlu isi amunisi dan mengatur strategi. Karena program mission trip ini adalah program Perkantas Jatim (Jawa Timur) maka semua persiapan dilakukan di Surabaya. Saat ini saya tinggal di kota Yogyakarta, it means aku harus keluar kota setiap kali akan persiapan. Susah menjadi tradisi pertemuan tim yaitu sebulan sekali. Selain membahas hal teknis kami juga ber-PA untuk menegguhkan motivasi dan menguatkan pemahaman akan misi.
Selama kurang lebih tiga sampai empat bulan persiapan sebelum berangkat ke Tamong. Karena saya masih bekerja sampai hari jumat maka biasanya saya akan berangakat ke Surabaya di hari sabtu, pernah sekali di hari jumat, pertemuan kami di hari minggu pukul 17.00 – selesai biasanyas selesai sekitar pukul 20.00 an, karena keesokan seninnya saya bekerja maka minggu malam itu saya harus kembali ke Yogyakarta dengan menggunakan bis. Sebenarnya saya lebih suka naik kereta api tapi apalahdaya jadwal kereta api paling lama adalah pukul 19.00. Disini saya sama sekali tidak ingin mencritakn kelelahan ataupun rasa mengeluh yang saya alami bahakan tidak ada niat menyombongkan diri jika diriku melakukan sejauh ini. Karena bagi saya ketika kita sudah mengambil suatu keputusan pasti ada resiko yang harus dihadapi.
Sedikit melenceng dengan perbincangan dua paragraph diatas, dalam perjalanan misi kali ini kami dibagi menjadi tiga kelompok seperti tim-tim sebelumnya yaitu tim visitasi, tim remaja, dan tim anak. Diriku masuk dalam tim anak. Di dalam tim anak kami ada lima orang, empat diantaranya belum berpengalaman sama seklai dan satu daintaranya sudah sangat berpengalaman dan expert hanya saja saat itu yang salah seorang ini sedikit sibuk. Empat yang belum berpengalaman itu semuanya wanita-wanita, mengapa aku menyinggung soal wanita disini?? Nanti akan kuceritakan mungkin di part-4. Ada yang menarik dari tim anak ini, fakta menunjukkan bahwa ke-lima dari kami semua berada di kota yang berbeda-beda. Aku di Yogyakarta, Litta di Malang, Dewi di Surabaya, Kak Stefi di Batu dan Bang Bravel di Kediri. Karena lokasi kami yang bisa dikatakan tidak dekat, group di line adalah salah satu solusi intuk saling berkomunikasi, salah satu sisi positif dari kemajuan teknilogi adalah bagian ini. Group ini dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk saling berkomunikasi.
Setelah beberapa kali diskusi di group, akhirnya kami bertemu juga (hanya 3 orang) kami berbicara kesana kemari dalam bahasa Inggrisnya mungkin disebut ngalor ngidul, membuat plan kesana-kemari sampai akhirnya si yang berpengalaman datang dan mebrikan ide yang sangat baik dan menurut kami tepat sasaran. Kami mengambil tema tengang inspirasi, intinya si memotivasi anak-anak untuk berani bercita-cita dan berharap bagian ini menjawab kebutuhan anak-anak disana. Seiring dengan berjalannya waktu program tim anak pun sudah selesai dan fix di minggu kedua sebelum keberangkatan kalau tidak salah. Gambaran besar planning tim anak adalah dengan memberikan video-video motivasi terlebih dahulu sebelum akan masuk ke program-program inti seperti belajar firman Tuhan dllnya. Ada yang menarik dari bagian ini, nanti aku akan ceritakan di PART-3. Hemmm… sepertinya banyak utang cerita ini.
Ya begitulah sekilas tentang persiapan yang kami lakukan sebelum kebrangkatan ke Tamong. Ada beberapa persiapan lain yang kami lakukan seperti doa puasa setiap hari selasa, menge-list semua kebutuhan yang akan dibaw kesana, bagaimana cara packing yang bener-bener kecil (tidak menyusahkan), bahkan untuk bagian barang-barang yang akan dibawa kami di ajtah membawa berapa pakaian yang harus dibawa bahkan untuk pakaian dalam pun kami dijatah. Oh ya tidak ada sejarahnya mission trip ke Taming ini membawa koper jadi semuanya ahrus dimasukkan dalam ransel. Tiga tas carrier dipenuhi oleh barang-barang umum sperti sleeping bed, baju di tamong (packing superrrr kecil), dus-dus yang penuh dengan hadiah souvenir yang akan dibagikan, buku-buku dan peralatan-peralatan lain yang digunakan untuk keperluan tim. Kurang lebih persiapannya seperti itu, mungkin disini terlihat sederhana sekali tapi percayalah sewaktu mempersiapkan semua ini memang sederhana hehehehe sedikit ribetlah tapi tidak sampai membuat badan gendut ini menjadi kurus hahaha.

Yang saya ceritakn disini adalah persiapan anak, untuk persiapan teman-teman tim visitasi dan tim remaja saya kurang tahu,yang jelas dalam persiapan merekapun mereka sangat berusaha agar persiapan-persiapan itu dirancang semaksimal mungkin. Cukup sekian dulu ya cerita untuk proses nya ya, untuk cerita keberangkatan dari Surabaya – Pontianak – Serukam – Tamong akan ku ceritakan di Part-3 nanti, banyak hal-hal mengejutkan yang kurasakan di part-3 ini.



TAMONG “Awal Dari Sebuah Kisah” (Part 1)


Bulan agustus 2016, aku mengutarakan sebuah pergumulanku kepada seorang kakak pembimbing rohani. Saat itu aku merasa aku bahwa hatiku terbeban dengan “orang-orang terabaikan”. Perasaan ini sebenarnya sudah ada sekitar 3 tahun sebelumnya, dan semakin di perkuat di tahun 2014 ketika aku ikut bergabung dengan program mengajar les gratis “kelas ceria” di Perkantas Surabaya. Sepertinya aku sudah pernah menulis bagian tentang “kelas ceria” di blog ini. Waktu itu aku masih kuliah, ketika mengajar les gratis ini. Karena merasa bahwa kerinduan untuk “keterbebanan” ini semakin berat kuputuskan untuk mendaftar di program Indonesia Mengajar waktu itu. Sempat kuutarakan kerinduanku kepada  orangtua, tapi mereka kurang setuju jika aku mendaftar Indonesia Mengajar, tapi tetap saja aku mendaftar, kupikir aku sudah dewasa untuk memutuskan kehidupanku saat itu dan plan hidupku hanyalah bentuk pembritahuan saja kepada kedua orangtuaku, pikirku saat itu. Dua kali aku mendaftar Indonesia mengajar (sekali ketika aku sudah bekerja) namun kedua-duanya berakhir di tahap Direct Assament, sempat aku berpikir apa yang kurang dariku, karena kerinduanku untuk terjun kepedalaman waktun itu sangat tulus, itu sebuah pertanyaan yang belakangan baru ku ketahui jawabannya dan mungkin memang itu bukan yang terbaik buatku. Tapi setelah kedua kegagalanku itu aku perasaan untuk berbagi itu tak sirna juga,bahkan di selang-selang pekerjaanku aku mengikuti komunitas-komunitas dan concern pada pendidikan anak-anak, dan aku menjadi bertanya-tanya pada diriku sendiri sebenarnya apa motivasiku? Karena “beban” dalam hati itu semakin berat dan tak dapat kubendung aku mencritaknnya kepada seorang kakak rohani, kakak staff di perkantas.


Setelah mencritakan satu pergumulan itu, seorang kakak ini menyarankanku untuk menguji  motivasiku, dan salah satunya adalah untuk mengikuti mission trip ke Tamong. Sebenarnya aku sudah tau akan mission trip ini, bahkan bisa dikatakan satu pokok doa yang menjadi komitmenku sekitar 2 tahun lalu terjawab, yaitu ikut bergabung dengan mission trip ke Tamong. Tamong adalah salah satu desa terpencil yang aku tahu gamabrannya saat itu, berada di daerah Kalimantan Barat berbatasan dengan Malaysia. Desa ini adalah salah satu desa misi Perkantas Jawa Timur. Desa dengan okultisme tinggi, tingkat pendidikan rendah dan akses transportasi yang sulit, kurang lebih itulah yang kutahu dari cerita teman-teman di perkantas, doa misi setiap hari sabtu saat aku masih di kota Surabaya, dan di saat acara natl/paskah alumni perkantas Jatim. Akhirnya aku memutuskan untuk berangkat ke desa Tamong ini, seminggu setelah pertemuanku dengan seorang kakak rohani itu, kurasa ketika itu aku lupa bahwa posisiku adalah seorang karyawan sebuah perusahaan yang baru bekerja lima bulan. It means, kalo gue dikasih cuti izin DUA MINGGU, syukur puji Tujan banget walaupun kelihatan mustahil banget atau RESIGN. Pilihannya hanya itu. Sebenarnya aku sudah siap resign karena “keterbebanan” itu aku merasa bahwa yang aku kerjakan saat itu bukanlah passionku. 




Rabu, 02 November 2016

Kambangan Desa Diatas Awan

Dari Sabang sampai Merauke berjejar pulau-pulau
Sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia
Indonesia tanah airku, aku berjanji padamu
Menjungjung tanah airku, tanah airku Indonesia

Suara anak kelas 5 SD Negri desa Kambangan Kec. Bruno Purwerejo siang itu menggetarkan hatiku. Lagu ini sangat familiar di telingaku bahkan lagu ini sudah kuhafal sejak aku duduk di kelas 3SD tapi bagaimana mungkin aku baru  merasakan makna sesungguhnya dari lagu ini di umurku yang sudah 23? Kejadian ini merupakan kesan pertamaku saat bertemu dengan adik-adik di kelas 5 SD Negri Kambangan.

Seperti biasanya minggu siang itu kota Yogyakarta begitu panas, ku langkahkan kakiku di salah satu kafe untuk mengikuti tahap interview salah satu komunitas positif yang sedang eksis saat ini. Tak lama menunggu namaku dipanggil untuk interview, kurang lebih 15-20 menit waktu itu. Berselang sekitar 1 minggu menunggu, sungguh mengucap syukur namaku lolos. Aku akan mengikuti salah satu program dari komunitas ini yaitu “teaching and trevelling”. Bagiku pada saat itu bahkan sampai saat ini menjadi volunteer dalam dunia pendidikan adalah seperti candu, apinya belum padam.

Di suatu hari jumat malam kami meninggalkan kota yang dikenal dengan sebutan kota pelajar itu menuju suatu tempat yang aku sendiri belum tahu keberadaanya. Desa Kambangan Kec.Bruno Purwerejo mereka mengatakannya, bahkan ada yang berpendapat desa ini lebih mendekati daerah Wonosobo. Entahlah baik Purwerejo maupun Wonosobo bukan sesuatu yang asing lagi di telingaku tapi yang jelas aku belum pernah ke kedua tempat itu.

Perjalanan kami tempuh sekitar empat belas jam, meleset sembilan jam dari dugaan, hal ini dikarenakan salah satu mobil rombongan kami mengalami masalah sehingga kami harus menginap di perjalanan. Jam lima pagi waktu subuh kami melanjutkan perjalan menuju desa Kambangan, tak kusangka ternyata perjalan sangat jauh dan penuh dengan tantangan. Sedikit cerita mobil yang saya naiki saat itu dua kali mengalami kecelakaan. Sekedar saran jika suatu saat kamu ke desa Kambangan dari Purwerejo gunakanlah mobil off road itu akan membuat perjalanan lebih aman. Jalan menuju Kambangan bukan hanya berkelok tapi sangat menanjak, seolah-olah mobil-mobil itu kami paksa untuk mendaki gunung, tebing dan jurang adalah pemandangan yang memanjakan mata selama perjalanan. Jalanan beraspal tidak akan kau temui di tempat ini kawan, jalan berbatulah yang akan menemani perjalanmu ke desa itu.

Masih teringat jelas oleh memoriku pagi itu aku dan beberapa rombongan sampai di balai desa yang akan menjadi base camp kami selama dua hari. Kami segera berganti pakaian tanpa mandi karena kami sudah terlambat. Kami bejalan dari balai desa menuju Sekolah Dasar Negri Kambangan, ohhh… ternyata dari balai desa menuju sekolah itu lumayan jauh juga. Sepertinya malam itu telah turun hujan karena di beberapa titik jalan ada genangan air, salah mengambil langkah akan membuat kakimu bersepatukan lumpur, hal itu menjadi lucu jika kuingat saat ini. Sekitar lima belas sampai dua puluh menit aku melihat bentuk bangunan yang sangat familiar, “itu adalah sekolahnya dalam hatiku”. Belum juga kami melangkahkan kaki di sekolah itu, anak-anak itu sudah keluar dan meneriakkan sesuatu sehingga semua yang masih di dalam kelas berhambur keluar. Mereka sangat girang melihat kami bahkan ada yang sampai loncat-loncat. Aku penasaran apa yang mereka pikirkan ketika pertama kali melihat kami. Apakah kami sosok hero yang mereka tunggu, ataukah mereka menganggap kami artis? Aku rasa bukan itu. Tapi yang jelas mereka menggetarkan hatiku, mengaduk-aduk emosiku, hampir membuat air mataku menetes seketika itu juga. Si anak-anak polos dari SDN Kambangan membuatku meleleh di pandangan pertama.

Bangunan sekolah sangat sederhana, ada enam kelas mulai dari kelas satu sampai kelas enam, satu ruang guru, dua keran beserta dengan “wastafel” nya yaitu di depan ruangan kelas enam dan kelas emapat, lapangan yang cukup untuk menampung upacara dan satu tiang tempat berkibarnya sang Merah Putih. Suasana itu cukup membuat anak-anak SDN Kambangan merasa bahagia berada di sekolah. Sangat sederhana, kesederhaan yang sempurna.

Kami memulai kebahagiaan hari itu dengan games di lapangan sederhana sekolah, kami membentuk lingkaran agar dapat melihat satu dengan yang lainnya, kami bernyanyi, kami menari, kami tertawa kami sangat bersukacita. Begitulah awal perjumpaanku dengan anak-anak polos itu. Sebagian dari mereka cepat sekali mengakrabkan diri, menambahkan sukacitaku. Antusias mereka adalah semangat kami. Setelah bermain games anak-anak masuk di kelas masing-masing dan kakak-kakak volunteer pun ikut masuk sesuai dengan kelasnya. Aku beserta dengan ke-dua temanku kebagian di kelas 5 SD.
Kami membuka pertemuan di kelas lima menyapa mereka dengan penuh semangat dan mereka merespon sapaan itu lebih semangat lagi. Suasana yang sangat hangat. Karena kami belum mengenal mereka maka sebelum masuk dalam topik pelajaran hari itu kami saling memperkenalkan diri terlebih dahulu. Masing-masing dari anak-anak itu memperkenalkan diri mereka dan sesekali di isi dengan godaan dari anak-anak lain sekali lagi ini adalah suasana yang sangat hangat.

Topik yang kami angkat hari itu adalah “Keanekaragaman Indonesia”. Anak- anak, kami bagi menjadi lima kelompok. Kumulai kelas itu dengan menggambar lima pulau besar Indonesia di papan tulis, Sumatra – Jawa – Kalimantan –Sulawesi – Irianjaya beserta dengan pulau-pulau kecil lainnya. Masing-masing dari kelompok itu kami berikan kertas dan pensil warna untuk menggambar pulau-pulau besar tersebut. Masing-masing kelompok akan menggambar satu pulau. Sebelum menggambar kami menyanyikan lagu “Dari sabang sampai Merauke” ciptaan R Suharjo. Suara anak kelas 5 SD Negri Kambangan Kec. Bruno Purwerejo siang itu menggetarkan hatiku. Lagu ini sangat familiar di telingaku bahkan lagu ini kuhafal sejak aku duduk di kelas 3SD tapi hari itu aku merasakan sesuatu yang berbeda, sepertinya aku memahami isi hati R Suharjo ketika menciptakan lagu ini.

Mereka menggambar dengan sangat antusias bahkan sangat terlihat dengan jelas arti dari gotong royong yang menjadi selogan bangsa ini dalam diri anak-anak itu, tanpa ada command dalam kelompok langsung ada yang menggambar, ada yang menawarkan diri untuk mewarnai, ada yang menempel nama-nama ibu kota provinsi dan ada yang menempel pakaian adat setiap provinsi. Aku berkeliling melihat hasil karya anak bangsa ini sekaligus untuk mengakrabkan diri, saat aku berkeliling, beberapa kali aku bertanya kepada mereka tahukah kalian ibu kota Sumatra Utara? ayo coba siapa yang bisa menunjukkan sabang dalam peta? Ada yang tau ibukota Sulawesi Utara? Dan jawaban-jawaban mereka membuatku sadar bahwa kami belum mengenal bangsa kami dengan utuh. Bahkan ketika kami bertanya ibukota Jawa Tengah pun ada beberapa yang belum mengetahuinya. Desa Kambangan, sebegitu terisolasinya kah dirimu sehingga sulit bagi informasi mendekapmu?? Kami mencoba untuk memperkenalkan keanekaragaman Indonesia kepada mereka, adik-adik kami di Desa Kambangan dan dengan harapan tinggi mereka akan mengenal negri ini melalui goresan tangan mereka. Setelah semua kelompok selesai menggambar, kami menempelkan sebuah karton di belakang kelas mereka dan kami meminta adik-adik itu menempel sendiri hasil karya mereka di karton itu. Lima Pulau besar Indonesia sudah menempel dengan gagah di ruang kelas mereka beserta dengan nama-nama provinsi serta pakaian adat setiap provinsi itu.  Karton yang telah diisi dengan gambar pulau-pulau besar di Indonesia itu menjadi saksi bahwa anak-anak kelas 5 SDN Kambangan memiliki kerinduan untuk mengenal lebih jauh lagi mengenai negrinya INDONESIA.

Setelah sesi mengajar selesai, kami kembali keluar menuju lapangan karena masih ada kegiatan yang akan di lakukan yaitu penyuluhan cara menggosok gigi bersama dengan rekan-rekan volunteer para calon dokter gigi. Aku pribadi sangat senang melihat suasana saat itu, adik-adik diajari bagaimana cara menggosok gigi, apa saja yang menyebabkan sakit gigi dan informasi-informasi lainnya. Aktivitas kami sudah selesai hari itu di sekolah, kami menutupnya dengan membagikan donasi kepada mereka adik-adik baruku.
Siang itu menunjukkan pukul dua siang, awan sudah mulai turun menutupi desa, jika Simeru punya negri diatas awan maka Kambangan pun layak disebut dengan desa diatas awan. Semua daerah desa sudah berkabut siang itu ditambah musim hujan yang sedang berlangsung. Sebelumnya kami telah memberi pengumuman kepada anak-anak di sekolah bahwa siang itu kami akan mengajak mereka bermain di lapangan, tapi apa daya hari itu turun hujan. Namun di luar dugaan hampir semua siswa datang meskipun hujan melanda, sungguh luar biasa. Diantara mereka ada yang sudah mulai basah, ada yang berpayung, ada yang masih mengenakan seragam olahraga, bahkan ada yang masih menggunakan seragam pramuka. Karena hari itu hujan maka kami mengubah planning awal menjadi priksa gigi satu-persatu siswa itu.

Rintik-rintik hujan, remang-remang ruang balai desa menjadi saksi dinginnya siang menjelang sore itu tapi anak-anak SDN Kambangan memilki antusias yang tinggi. SEMANGAT suatu hal yang kupelajari dari mereka, keSEDERHANAnaan terlukis dengan tajam di mata mereka, mereka bukan anak-anak yang pusing dengan games di handphone, sepatu atau pun baju baru mungkin jarang terlintas di pikiran mereka, sungguh mereka anak-anak yang sederhana. Sikap MANDIRI terlihat jelas dari sikapnya, mereka bukannya tidak mau bermanja kepada orangtua tapi keadaan memaksa mereka untuk mandiri, keadaan memaksa mereka untuk bertanggung jawab akan suatu pekerjaan yang sudah dipercayakan kepada mereka setelah pulang sekolah yaitu membantu orangtua mereka bahkan untuk membantu di ladang.

Malam itu dingin semakin menusuk tulangku, aku dan semua rekan-rekan volunteer duduk melingkar, mengambil posisi senyaman mungkin untuk menceritakan apa saja yang kami dapatkan sepanjang hari itu. Masing-masing dari kami menceritakan berbagai pelajaran hidup yang kami dapatkan hari itu. Ada yang menangis, ada yang mengatakan menjadi volunteer seperti candu buatnya, ada yang bersyukur karena memiliki kesempatan mengajar di depan kelas, ada yang bersukacita karena dapat berbagi. Banyak emosi yang bercampur aduk malam itu tapi satu hal yang ku ketahui dari semua teman-temanku volunteer bahwa masih banyak di negri ini yang peduli, masih banyak anak muda di negri ini yang mencintai Indonesia.

Aku juga baru mengetahui dari sharing salah seorang teman malam itu, bahwa anak-anak yang sekolah ke SDN Kambangan bukan hanya dari desa Kambangan saja tapi juga dari beberapa desa sekitarnya dan beberapa anak itu membutuhkan waktu kurang lebih satu jam menuju sekolah. Aku mencoba membayangkan jika mereka masuk sekolah jam tujuh tiga puluh maka setidak-tidaknya mereka harus berangkat dari rumah jam enam tiga puluh, it means mereka bangun jam enam pagi. Melakukan perjalan selama satu jam melewati ladang-ladang yang sepi bukan suatu hal yang mudah pasti ada rintangan-rintangan yang anak-anak ini hadapi, apalagi di musim hujan, jalan berlumpur akan menjadi sahabat yang mengiring perjalan mereka ke sekolah.

Saat aku menulis tulisan ini kucoba mengingat kembali wajah adik-adiku itu, aku bertanya-tanya dalam hati akan menjadi apa kelak adik-adikku itu? Masih terekam di dalam memori otakku , di suatu hari sabtu di bulan Mei di ruang kelas lima aku menanyakan cita-cita mereka, cita-cita anak-anak itu sungguh amat baik. Mereka punya mimpi, mereka punya cita-cita, mereka punya harapan, tapi kembali ku bertanya dalam hati mungkinkah cita-cita itu akan mereka pejuangkan? Aku takut keadaan akan mengubah cita-cita, aku takut kemiskinan akan menghilangkan semangat mereka untuk bercita-cita, aku takut harapan itu akan sirna.
Desa Kambangan Kec.Bruno, Purwerejo terimakasih untuk pengalaman, untuk pelajaran yang kau berikan. Mungkin kau tidak terlihat tapi kau bermakna, kau tetaplah bagian dari wajah Indonesia ini. Aku punya cita-cita suatu saat semua mimpi yang telah dituliskan oleh siswa-siswi SDN Kambangan akan menjadi kenyataan, aku punya angan-angan semua anak-anak SDN Kambangan akan berjuang untuk cita-citanya sehingga dapat memajukan Desa Kambangan baik dari segi sarana, prasarana dan informasi. Dan aku berharap pemerintah boleh melirik, melihat dan bertidak melakukan sesuatu untuk desa ini.


Kambangan desa diatas awan ; kau bermakna, kau bernilai, kau adalah bagian dari wajah Indoesia.